Modalnya Keinginan Maju, Mimpi Besar, dan Kerja Keras

Dari segi usia, dia masih tergolong muda. Baru 34 tahun. Begitu juga pengalamannya dalam dunia bisnis, dalam hitungan jari, barulah sembilan tahun.

Namun dalam usia muda dan waktu relatif singkat tersebut, Andre Rosiade telah memimpin empat perusahaan swasta yang bergerak di bidang kontraktor peralatan pabrik dan suplier oli dan tenaga security di pabrik-pabrik besar seperti PT Semen Padang di Ranah Minang dan sejumlah pabrik di Tangerang. Alumni SMA 2 Padang ini juga menjadi komisaris di dua perusahaan swasta lainnya.

Menurut Andre, modal utamanya bukanlah uang. Tapi, keinginan untuk maju, mimpi yang besar, dan semangat bekerja keras. Prinsip demikian, tidak sekadar buah bibir baginya.

Keinginannya untuk maju mendapatkan hidup lebih baik, tak lepas dari kehidupan orang tuanya yang hanya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kota Padang. Hidup pahit dari gaji seorang PNS sangat dirasakan putra pasangan Yanziwar Ade dan Rosita Yurnetty ini ketika melanjutkan pendidikan ke sebuah universitas swasta terkemuka nasional yang dikenal elite dan mahal, yakni Universitas Trisakti Jakarta.

“Sangat terasa sekali keterbatasan biaya dari ayah saya waktu menyelesaikan perkuliahan di sana. Untuk bisa selesai, saya juga meminta bantuan dari om dan tante. Pahit rasanya. Ini tidak boleh lagi terjadi pada masa depan saya, khususnya pada anak-anak dan cucu saya nantinya,” ungkap pria kelahiran Padang, 7 November 1978 ini.

Bersamaan dengan waktu menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universtas Trisakti itu, ia pun memiliki mimpi untuk menjadi pengusaha. Ia menanamkan tekad dengan kuat di sanubari agar tidak menjadi PNS seperti ayahnya. Karena menurutnya menjadi PNS tidak bisa jadi kaya dan sejahtera secara ekonomi, jika hanya mengandalkan gaji dan pendapatan resmi.

Langkah untuk menjadi pengusaha dirintisnya setelah setahun mendapatkan gelar sarjana di Trisakti. Tepatnya tahun 2002 dia memulai kerja sebagai konsultan di PT Indo Consult. Hanya satu tahun Andre berkarir di perusahaan tersebut, dia kembali teringat untuk mewujudkan mimpinya memiliki perusahaan sendiri.

Di tahun 2003, Andre pun membuat perusahaan sendiri, dan mulai memberanikan diri mengikuti tender pengadaan oli di PT Semen Padang. Dia pun memenangkan tender tersebut, yang nilainya baru Rp50 juta. Menurut Ketua Ayo Jadi Pengusaha Sumbar BPD HIPMI Sumbar ini, keberhasilannya mendapatkan proyek pertamanya itu bukanlah karena modal uang yang kuat. Modal utamanya adalah komunikasi.

“Ya, dalam usaha seperti ini jalinan komunikasi, bagaimana kita mempromosikan barang yang ditawarkan dengan baik dan jujur adalah modal utamanya. Uang hanyalah modal yang kesekian. Bahkan untuk bisa merealisasikan tender tersebut, saya utang sana ke mari,” sebut suami Nurul Anastasia ini.

Berlaku jujur memang menjadi filosofi Andre Rosiade dalam menjalankan usahanya. Setiap barang yang ditawarkannya disampaikannya kualitasnya sesuai yang dijanjikan. Tidak dilebih-lebihkan dan juga tidak dikurang-kurangi. Satu lagi, dalam usaha seperti ini, pelayanan purna jual yang prima juga harus diberikan kepada konsumen.

“Jadi, kuncinya adalah bagaimana cara kita berkomunikasi secara jujur dan terbuka. Sebab, sekali orang dibohongi, kita akan tidak dipercaya lagi pada masa-masa kerja sama berikutnya,” katanya.

Tidak sekadar jujur. Komunikasi yang santun pun mesti dilakukan. Ilmu ini didapatkannya dari dua orang, yang menurut Andre memberi banyak pelajaran dalam dia merintis karir sebagai pengusaha. Mereka adalah Saksono, seorang pengusaha yang sering memenangi tender dari TNI AD, dan H Muharamsyah, salah seorang pengusaha peralatan pabrik besar di Sumbar.

Sebagai pengusaha yang muda dan sukses, bukan berarti Andre tidak pernah mengalami kegagalan dalam menjalankan bisnis. Dia pernah diusir satpam di sebuah perusahaan di Tangerang, Banten saat ingin menawarkan oli yang dijualnya. “Padahal, secara penampilan saya sudah cukup rapi dan berdasi, ketika itu,” ujar ayah dari Nurul Azizah Rosiade dan Muhammad Ammar Tsaqif Rosiade ini seraya tersenyum.

Pengalaman kalah dalam tender pun sering pula dirasakannya. Yang paling berkesan adalah saat tender pengadaan peralatan pabrik di PT Semen Padang yang nilainya Rp5 miliar. Padahal tiga bulan, dia mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa memenangi proyek tersebut. Kalahnya pun telak berselisih Rp1 miliar dari perusahaan saingannya. Dia pun tak habis pikir, karena barang yang ditawarkannya adalah produk China, sementara lawannya produk Eropa.

“Ketika itu yang terpikirkan oleh saya, orang akan berpikir saya selalu akan mengambil untung besar dalam setiap tender yang saya ikuti. Padahal tidak demikian. Memang modal yang saya dapatkan besar,” ujar Andre yang memulai pendidikan dasar dan menengah di SD dan SMP Yos Sudarso Padang ini.

Dari sana, dia mendapat pelajaran berharga. Untuk bisnis seperti ini, pelaku bisnis harus benar-benar mengenal dan memahami barang yang akan ditawarkannya. Lebih penting lagi adalah mengenal siapa saingannya. (ganda cipta:padeks)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *