Andre Rosiade Dizhalimi

Memasuki waktu Pilkada Padang, suhu politik terus memanas. Di seiap penjuru kota, sudah terpasang beragam alat peraga sosialisasi para calon, baik dari partai politik, pemerintah, atau pengusaha. Tak ayal, para calon yang mulai melakukan sosialisasi, juga menjadi sasaran empuk “kejahilan” tangan-tangan usil.
Sebagai kandidat yang sejak setahun terakhir gencar menawarkan program perubahan di Kota Padang, sebenarnya nama Andre Rosiade terus naik dan mulai dapat tempat di hati masyarakat. Namun, seiring popularitas yang kian  meninggi itu, banyak pihak yang merasa terusik. Alat-alat sosialisasi Andre dalam bentuk, spanduk mulai dipreteli satu persatu.
Mailiza Asri (32), seorang pegawai swasta yang mengaku simpatisan Andre Rosiade menyebut, dalam beberapa hari terakhir, banyak spanduk Andre yang hilang. Padahal, tim Andre Rosiade Center (AR Center) memasang di tempat-tempat yang diizinkan Pemko Padang, dan telah mengantongi izin resmi.
Contohnya spanduk-spanduk Andre Rosiade dan Uje (Uztadz Jeffry Al Buchori) yang terpasang hanya beberapa hari. Ada yang sebelum hari H (13/1) sudah hilang, dan ada yang pas hari acara di Masjid Raya Sumbar raibnya. Padahal, kami mendapatkan izin pemasangan 15 hari. Saya melihat, Andre seperti dizhalimi kalau seperti ini,” sebut Mailiza kemarin.
Menurutnya, hal itu berbeda dengan spanduk-spanduk kandidat lain, yang bisa “bertahan” lama di jalan-jalan protokol dan pinggir kota. “Kami merasakan ada perbedaan perlakuan dengan calon lain, apalagi yang disebut-sebut dekat dengan pemko,” kata pria yang mengaku sering terkaget-kaget dengan hilangnya spanduk Andre.
Sopir Dukung Perubahan
Tak hanya itu, stiker one way Andre Rosiade yang terpasang di sejumlah angkutan kota (angkot) juga mulai dipreteli petugas. Menurut Eman, sopir Pasar Raya-Siteba, mereka diminta membuka one way yang terpasang di keca belakang angkot. Padahal, tidak mengganggu terhadap laju kendaraan dan pandangan sopir.
“Kami diminta membuka stiker ini. Padahal, ini adalah cara kami untuk menunjukkan, kami pro dengan perubahan yang dibawa Andre Rosiade. Kami menyatakan dukungan, bukan karena dibayar. Lagipula, sudah berkali-kali pilkada, pilgub, baru stiker Andre yang diminta dicopot,” kata pria warga Jati ini.
Menurutnya, salah satu alasan para sopir mendukung Andre Rosiade adalah, semangat pemuda itu dalam menyelesaikan polemik Pasar Raya, dan membangun terminal angkutan kota (angkot), dan terminal bus antar kota dan antar provinsi.
“Padang ini kan satu-satunya kota yang tak punya terminal. Kami para sopir angkot, pusing di kota ini, tak ada tempat ngetem yang jelas. Kami ingin, terminal itu ada. Jadi, kami dukung Andre Rosiade,” sebut alumni SMA2 Padang yang berharap, dapat terus menggunakan stiker one way di angkotnya.
Andre Rosiade yang dihubungi kemarin, tak mau berkomentar banyak. Menurutnya, hal itu sudah lumrah dalam perjuangan untuk melakukan perubahan. Yang penting, sebutnya, pemasangan baliho, spanduk, sudah melalui prosedur dan izin resmi. Bahkan juga turut serta membayar pajak yang menjadi PAD (pendapatan asli daerah).
“Itu adalah bukti, kami sudah mulai diterima masyarakat yang ingin perubahan. Banyak yang minta spanduk, baliho kami dipasang di lokasi mereka. Bahkan, mereka juga minta pasang one way di angkot-angkot tanpa dibayar. Kami hanya berharap, pemko bisa lebih adil kepada semua kandidat yang sudah mengapung atau diapungkan,” kata mantan Presiden BEM Universitas Trisakti Jakarta ini.

2 Replies to “Andre Rosiade Dizhalimi”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *